Halaman

Selasa, 01 Maret 2011

METODE HARGA POKOK PESANAN

1. Metode Harga Pokok Pesanan

Karakteristik Perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan produksi perusahaan melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil, metode harga pokok pesanan hanya daat menggunakan; sisitem harga pokok historis untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dan sistem harga pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya produksi.
3. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan yang bersangkutan selesai, dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan.
4. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan biasanya segera akan diserahkan dijual kepada pemesan seseuai dengan tanggal pesanan yang harus diserahkan.

2. Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur dan Aliran Harga Pokok Produk


Aliran harga pokok produk (flow of cost) menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran harga produk akan dipengaruhi atau tergantung aliran kegiatan (flow of activity) perusahaan manuaktur dalam mengolah bahan baku menjadi produk selesai dan menjualnya. Kegiatan perusahaan manufaktur dalam mengolah bahan baku menjadi produk selesai yang kemudian dijual adalah sebagai berikut:

1. Pengadaan (Procurement) : Kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokan kedalam: (a) Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, suplies pabrik dan elemen (barang) lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi. (b) Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan jasa lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
2. Produksi (Production) : Kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang dikelompokan kedalam overhead pabrik.
3. Penyimpanan Produk Selesai (Warehousing of Finish Goods) : Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4. Penjualan Produk Selesai (Selling of Finish Product) : Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai yang dikirim kepada pembeli dan perusahaan dapat membebani rekening pembeli.

Berikut ini merupakan sususnan aliran biaya perusahaan manufaktur:

- Dalam rangka pengadaan bahan baku akan membentuk harga perolehan persediaan bahan baku, pengadaan jasa karyawan menimbulkan biaya gaji dan upah, konsumsi bahan penolong dan barang lain serta jasa yang dikelompokkan dalam overhead pabrik menimbulakn biaya overhead pabrik.
- Dalam rangka pengolahan produk, bahan baku yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku, biaya tenaga kerja langsung yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung, biaya overhead yang dikonsumsi membentuk Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik.
- Dalam rangka penyimpanan produk selesai sebelum dijual akan membentuk harga pokok Persediaan Produk Selesai.
- Dalam rangka penjualan produk, harga persediaan produk selesai yang akan dijual akan membentuk Harga Pokok Penjualan.

3. Prosedur Akuntansi Biaya pada Metode Harga Pokok Pesanan.

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan meliputi organisasi formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinasi dalam rangka melaksanakan kegiatan untuk melayani pesanan dan menyajikan informasi biaya bagi manajemen. Dalam hal ini prosedur akuntansi biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies.
2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
3. Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
4. Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode.
5. Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.

Berikut akan dibahas pada setiap prosedur tersebut:

1. Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies.

Prosedur akuntansi biaya bahan dan suplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan suplies didalam pabrik. Supaya jumlah persediaan bahan dapat diketahui setiap saat umumnya perusahaan manufaktur menggunakan metode prepetual. Tahap-tahap prosedur akuntansinya adalah sebagai berikut :

a. Pembelian Bahan dan Suplies : dimulai dar pembuatan pesanan pembelian oleh bagian pembelian dan mengirimkannya kepada supplier. Contoh jurnal pembelian bahan dan suplies secara kredit sebagai berikut:
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Pesediaan Suplies Pabrik xx
Hutang Dagang Rp xx

b. Pengembalian (Return) Bahan dan Suplies yang dibeli kepada supplier : Apabila bahan dan supplies yang dibeli tidak sesuai dengan yang dipesan, maka perusahaan dapat mengembalikan kepada supplier dengan dibuatkan dokumen yang disebut nota debit (Debit Momerandum) atau Laporan Pengiriman Pengembalian Pembelian. Contoh jurnal pengembaliannya:

Hutang Dagang Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Pesediaan Suplies Pabrik xx

c. Potongan Pembelian (Tunai) atas Pembelian Bahan dan Suplies : Terjadi apabila potongan tuani mengurangi harga perolehan bahan dan supplies, oleh karena itu dari Bukti Kas Keluar akan dibuat jurnal dan dimasukkan kedalam Kartu Persediaan. Jurnalnya sebagai berikut:

Hutang Dagang Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx
Persediaan Bahan Penolong xx
Pesediaan Suplies Pabrik xx
Kas xx

Apabila diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain jurnalnya adalah sebagai berikut:

Hutang Dagang Rp xx
Penghasilan lain-lain Rp xx
Kas xx


d. Pemakaian Bahan dan Suplies : Bon permintaan bahan baku akan menunjukkan bagian yang meminta, elemen, dan jumlah satuan bahan baku yang diminta, serta pesanan yang memerlukan bahan baku tersebut. Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:

Barang dalam proses – Biaya
Bahan baku Rp xx
Persediaan Bahan Baku Rp xx

Dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan pada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka, oleh karena itu perusahaan akan menyelenggarakan rekening buku besar Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya untuk menampung biaya yang sesungguhnya dan rekening Biaya Overhead Pabrik dibebankan untuk menampung biaya yang dibebankan kepada pesanan. Jurnal pemakaian bahan penolong sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx

Prosedur Pemakaian supplies pabrik sama dengan prosedur pemakaian bahan penolong, setelah dokumen tersebut dilengkapi oleh seksi akuntansi biaya data harga perolehan satuan dan total, akan dibuat jurnal dan dimasukkan ke dalam Kartu Persediaan Suplies Pabrik dan Kartu Biaya Overhead Pabrik. Jurnal pemakaian suplies pabrik sebagai berikut:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Suplies Pabrik Rp xx

e. Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik ke Gudang bahan: Pengembalian bahan baku dari pabrik ke gudang bahan terjadi karena kelebihan bahan baku yang diminta dengan bahan baku yang dipakai sesungguhnya oleh pesanan tertentu, agar bahan baku tidak rusak di pabrik maka bahan baku tersebut dikembalikan ke gudang bahan. Atas bahan baku yang dikembalikan tersebut dibuatkan dokumen yang disebut Laporan Pengembalian Bahan oleh Departemen Produksi dikirimkan ke seksi gudang bahan dan tembusannya di Departemen Akuntansi untuk membuat jurnal dan memasukkan ke Kartu Persediaan Bahan Baku dan Kartu Harga Pokok Pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xx

2. Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.

Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun non produksi, baik karyawan yang gajinya tetap perbulan maupun yang ditentukan oleh jam kerjanya. Tahap-tahap transaksi biaya biaya tenaga kerja sebagai berikut :

a. Penentuan Besarnya Gaji dan Upah : Cara penentuan besarnya gaji dan upah karyawan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: (1) Gaji dan Upah Karyawan besarnya tergantung pada lamanya waktu kerja (jam kerja) atau jumlah produk yang dihasilkan. (2) Gaji dan Upah karyawan tetap perbulannya. Jurnal untuk mencatat terjadinya gaji dan upah, baik untuk karyawan tetap maupun karyawan berdasarkan lamanya waktu kerja adalah sebagai berikut :


Biaya Gaji dan Upah Rp xx
Hutang Pajak Pendapatan (P.Pd) Rp xx
Hutang Dana Pensiun (D.Pn) xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja (Astek) xx
Hutang Asuransi Hari Tua (As.HT) xx
Piutang Karyawan xx
Hutang Gaji dan Upah xx

b. Pembayaran atas Gaji dan Upah : Menjelang tanggal pembayaran gaji dan upah, kasir membayarkan gaji dan upah kepada Juru Bayar Gaji dengan menggunakan dokumen Bukti Kas Keluar. Pada saat gaji dibayarkan, Juru Bayar Gaji meminta karyawan untuk menghitung kesesuaian gaji dan upahnya serta menandatabgani Daftar Gaji dan Upah. Jurnal pembayaran gaji dan upah sebagai berikut :

Hutang Gaji dan Upah Rp xx
Kas Rp xx

c. Distribusi Biaya Gaji dan Upah : Gaji dan upah didistribusikan sesuai dengan fungsi perusahaan yang menikamati manfaat gaji dan upah yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Biaya gaji dan upah untuk produksi dikelompokkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang merupakan elemen biaya overhead yang sesungguhnya. Biaya tenaga kerja langsung akan dimasukkan ke dalam rekening Barang Dalam Proses.

- Biaya Tenaga Kerja langsung dan Kartu Harga Pokok Pesanan, sedangkan elemen gaji dan upah lainnya ke Kartu Biaya yang bersangkutan. Jurnal distribusi gaji dan upah sebagai berikut :

Barang Dalam proses – Biaya Tenaga
Kerja Langsung Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Biaya Pemasaran xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Biaya Gaji dan Upah Rp xx

d. Beban atas Gaji dan Upah Yang Ditanggung Perusahaan : Beban yang ditanggung perusahaan dengan karyawan pabrik diperlukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya karena sifat biaya ini tidak dapat diidentifikasikan pada produk tertentu, beban yang berhubungan dengan karyawan pemasaran masuk elemen biaya pemasaran, beban yang berhubungan dengan karyawan administrasi dan umum masuk elemen biaya administrasi dan umum. Besarnya baban atas gaji dan upah dibuatkan dokumen Daftar Sumbangan Gaji dan Upah, atas dasar tersebut dibuat jurnal dan dimasukkan Kartu Biaya. Jurnal transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Biaya Overhead Sesungguhnya Rp xx
Biaya Pemasaran xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Hutang Pajak dan Pendapatan Rp xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Asuransi dan Tenaga Kerja xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx

e. Peyetoran Potongan dan Beban atas Gaji dan Upah kepada Badan-badan yang Berhak: Dokumen Bukti Kas Keluar digunakan untuk menyetorkan potongan dan beban atas gaji dan upah pada badan-badan yang berhak, jurnal yang dibuat sebagai berikut :

Hutang Pajak Pendapatan Rp xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Asuransi Tenaga Kerja xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx
Kas Rp xx



3. Prosedur Akuntansi Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik merupakan biaya yang paling komplek, untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka. Bahwa Biaya Overhead seseungguhnya baru dapat dihitung pada akhir periode, jadi untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada pesanan harus digunakan tarif yang ditentukan dimuka. Rumusnya adalah T=B/K
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik selanjutnya adalah sebagai berikut :

a. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Pesanan, Jurnalnya:

Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xx

b. Prosedur Akuntansi Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya
Dibagi menjadi beberapa bagian:

1. Biaya Bahan penolong, Jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Bahan Penolong Rp xx



2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, Jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Biaya Gaji dan Upah Rp xx

Apabila beban atas gaji dan upah yang ditanggung perusahaan dengan dokumen Daftar sumbangan Gaji dan Upah dijurnal:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Hutang Pajak dan Pendapatan Rp xx
Hutang Dana Pensiun xx
Hutang Asuransi dan Tenaga Kerja xx
Hutang Asuransi Hari Tua xx

3. Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik, Jurnalnya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Akumulasi Penyusutan Mesin Rp xx
Akumulasi Penyusutan Bangunan xx
Akumulasi Penyusutan Peralatan xx
Amortisasi Hak Paten xx

4. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik, Jurnalnya:

Saat dibeli:
Persediaan Suku Cadang Rp xx
Hutang Dagang atau Kas Rp xx

Saat dipakai:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persediaan Suku Cadang Rp xx

Dari dokumen Bukti Kas Keluar untuk yang sudah dibayar atau dokumen Faktur Pembelian Jasa dan Perintah Jurnal untuk yang belum dibayar dibuat jurnal:

Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Kas Rp xx
Hutang Biaya xx

5. Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik, Jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp xx
Hutang Biaya xx

6. Biaya Asuransi Pabrik, Jurnalnya:

Terjadi Pembayaran persekot asuransi :
Persekot Asuransi Rp xx
Kas Rp xx

Pesekot asuransi menjadi biaya:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Persekot Asuransi Rp xx

7. Biaya Overhead Lain-lain, Jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx
Kas Rp xx
Hutang Biaya xx

c. Prosedur Akuntansi Perhitungan dan Perlakuan Selisih Biaya Overhead Pabrik

- Jurnal menutup Biaya Overhead Pabrik Dibebankan ke Biaya Overhead Sesungguhnya, Jurnalnya:

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx

- Jurnal untuk menutup Biaya Overhead Pabrik Seseungguhnya dan menghitung selisih sebagai berikut:

Apabila selisih tidak menguntungkan:
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xx

Apabila selisih menguntungkan:
Biaya Overhead Sesungguhnya Rp xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx

- Salah satu perlakuan selisih yaitu masuk ke rekening Rugi Laba, jurnalnya sebagai berikut:

Selisih tidak menguntungkan:
Rugi-Laba Rp xx
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx

Selisih menguntungkan:
Selisih Biaya Overhead Pabrik Rp xx
Rugi-Laba Rp xx

4. Prosedur Akuntansi Produksi Selesai dan Produk Dalam Akhir Periode

Jumlah Harga pokok Pesanan dan selanjutnya merekam kartu harga pokok pesanan dan selanjutnya memindahkan kartu tersebut dari fungsinya sebagai rekening pembantu barang dalam proses ke fungsi yang baru sebagai pembantu rekening persediaan produk selesai. Atas dasar dokumen bukti pemindahan produk selesai dan perintah jurnal dibuat jurnal:

Persediaan Produk Selesai Rp xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx

Atas dasar perintah jurnal harga pokok produk dalam proses dengan jurnal sebagai berikut:

Persediaan Produk Dalam Proses Rp xx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp xx
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx



5. Prosedur Akuntansi Penjualan atau Penyerahan Produk kepada Pemesan

Dari seksi gudang produk selesai pesanan dikirimkan kepada pemesan, dan dibuatkan dokumen faktur penjualan. Jurnal yang dibuat sebagai berikut:
Piutang Dagang Rp xx
Kas xx
Penjualan Rp xx

Jurnal yang dibuat untuk mencatat Harga Pokok Penjualan sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan Rp xx
Persediaan Produk Selesai Rp xx


4. Pengolahan Pesanan Melalui Beberapa Departemen Produksi

Prosedur akuntansi biaya yang sudah dimodifikasi adalah sebagai berikut:

- Biaya produksi dikelompokkan untuk setiap departemen produksi dimana pesanan diolah.
- Tarif biaya overhead pabrik yang dipakai untuk membebankan biaya pada setiap pesanan harus ditentukan untuk setiap departemen produksi.
- Harga pokok pesanan yang sudah selesai dikerjakan pada departemen tertentu dipindahkan ke departemen berikutnya dimana pesanan diolah.
- Rekening buku besar biaya overhead pabrik sesungguhnya, rekening biaya overhead pabrik dibebankan dan rekening selisih biaya overhead pabrik, harus diselenggarakan untuk setiap departemen.


5. Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk Cacat, pada Metode Harga Pokok Pesanan

- Sisa Bahan : Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan. Sisa bahan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a. sisa bahan yang tidak laku dijual : Sisa bahan baku yang tidak laku dijual timbul masalah akuntansi apabila untuk membuang atau memusnahkan sisa bahan diperlukan biaya misalnya supaya tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup perlakuan dari biaya tersebut tergantung dari penyebab timbulnya sisa bahan.

b. sisa bahan yang laku dijual : Sisa bahan yang laku dijual menimbulkan masalah akuntansi atas perlakuan hasil penjualan sisa bahan.

- Produk Rusak : Produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara teknik dapat diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Dari segi dapat atau tidaknya produk rusak dijual, produk rusak dapat digolongkan yaitu :

a. produk rusak yang tidak laku dijual : apabila sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, apabila produk rusak bersifat normal maka harga produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya, apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan atas produksi.

b. produk rusak yang laku dijual : Produk rusak yang laku dijual umumnya memeliki harga jual yang relatif rendah dibanding apabila produk tersebut tidak mengalami kerusakan, jadi timbul rugi penjualan produk sebesar harga produk rusak dikurangi hasil penjualan produk rusak.

- Produk Cacat : Produk dihasikan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih bisa diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik dalam arti biaya perbaikan produk cacat lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh adanya perbaikan. Metode perlakuan biaya perbaiakan produk cacat yang dapat digunakan tergantung penyebab terjadinya produk cacat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu yang mengakibatkan timbulnya produk cacat.

b. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.

c. Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen produk rugi cacat.

6. Buku Besar Pabrik

Alasan diselenggarakan pemisahan pencatatan transaksi pabrik dengan transaksi kantor adalah sebagai berikut :

- Letak lokasi pabrik jauh dari kantor (kantor pusat).
- Perusahaan memiliki beberapa buah pabrik
- Perusahaan memiliki pabrik yang relatif besar atau kompleks

Ketentuan di dalam mengadakan pemisahan pencatatan transaksi pabrik dengan transaksi kantor adalah sebagai berikut :

1. Dibentuk rekening timbal balik (reciprocal account) yang digunakan sebagai penghubung atas transaksi yang menyangkut pabrik dan kantor. Pembukuan di kantor menyelenggarakan rekening buku besar yang disebut Rekening Pabrik dan pembukuan pabrik menyelenggarakan rekening buku besar yang disebut Rekening Kantor.

2. Harus ditentukan dengan tegas rekening buku besar apa saja yang harus diselenggarakan oleh pembukuan kantor dan rekening buku besar yang diselenggarakan oleh pembukuan pabrik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar